Belajar dari Penolakan


Kali ini saya ingin membagikan pengalaman tentang penolakan. Sebenarnya sudah lama mau menulis tentang penolakan cuma sengaja ditunda untuk menunggu ‘waktu’ yang tepat. Dan sekarang sepertinya waktu yang tepat untuk menyampah lagi di blog ini yang gak ada pembacanya sama sekali.

Pernahkah kalian ditolak dalam hidup kalian? Berapa kali?

Ditolak atau penolakan bisa diartikan tidak diterima; seseorang atau sekelompok orang yang tidak menerima diri kalian dalam kehidupan berbangsa dan bernegara yang berdasarkan Pancasila (ngomong opo toh). Ditolak bisa dimulai dari contoh sederhana seperti ditolak tante-tante di kios karena uang receh kamu terlalu lecek, dan kumuh sampai ke contoh yang rumit seperti ditolak orang tua pacar hanya karena kamu suka makan bengbeng dingin pake es batu dan mereka suka makan bengbeng rebus.

Sebagai manusia biasa, saya telah mengalami banyak penolakan dalam hidup ini dan saya yakin masih banyak orang di luar sana yang mengalami penolakan lebih banyak lagi. Ada beberapa yang masih saya ingat dan sebagian besarnya sudah saya lupakan melalui proses move on yang tidak mudah selama 200 tahun. Sebenarnya saya benar-benar lupa aja sih. Soalnya sudah lama banget.

Saya pernah ditolak cewek, entah berapa jumlahnya. Otak saya menolak untuk mengingat. Ini seperti pengalaman buruk dan traumatis, sehingga otak menempatkan ingatan tentang itu ke alam bawah sadar, dikubur dalam-dalam. (ngomong apa sih?). Mungkin perlu dihipnotis biar ingat lagi.


Saya sudah tiga kali ditolak waktu melamar kerja. Tiga itu angka yang sedikit jika dibandingkan orang-orang di luar sana. Tapi sebagai fresh graduate, tiga kali ditolak itu bikin cukup frustasi juga. Ditolak pertama waktu ada rekrutmen di kampus. Udah sampe di tahap interview, terus gak diterima. Ditolak kedua waktu interview ke Jakarta Pusat. Ditolak ketiga juga waktu interview ke Jakarta Barat. Mungkin nanti saya buat post khusus untuk ini. Masih ada sekitar lima email lamaran lagi yang belum dibalas. Kayaknya ditolak juga semuanya.

Saya pernah ditolak Pak RW pas mau ngurus surat keterangan domisili sementara. Katanya karena saya cuma ngekost dan tinggalnya juga tidak permanen. KTP saya dari daerah lain, bukan dari daerah tempat tinggal yang sekarang. Saya harus punya KTP tempat tinggal yang sekarang dulu. Kan KAMPRET! Pak RT saja gak permasalahin karena emang bikinnya surat keterangan domisili SEMENTARA!

Saya sering ditolak dosen pembimbing. Jangan tanya apa, kenapa dan mengapa serta berapa kali ditolak!

Masih anget, saya tadi pagi baru ditolak Pak Polisi waktu mau perpanjang SIM C. Ya emang gak bisa perpanjang sih. Saya aja yang ngotot. Cerita lengkapnya bisa kamu baca di sini… http://www.burungkumkum.com/2015/11/rest-in-peace-sim-c-dan-ktp.html

Ditolak Google Adsense juga sudah belasan kali.

Ditolak berkali-kali dalam berbagai urusan dalam waktu yang berdekatan memang pengalaman yang tidak menyenangkan sama sekali. Kalau gak kuat mental, bisa stres dan merasa tidak percaya diri (ini yang berbahaya!). Saya sendiri sempat down banget pas melamar kerja tiga kali terus ditolak. Untungnya saya bisa pulih berkat dukungan dan semangat orang-orang terdekat.


Ditolak memang menyakitkan tapi hei… Samudra yang tenang tidak pernah menghasilkan pelaut yang handal. Tuhan sudah punya rencananya sendiri. Tidak apa-apa jika kamu ditolak. Banyak orang hebat berhasil karena mengalami penolakan. Mereka mungkin tidak akan sukses jika tidak ditolak terlebih dahulu.

Jangan biarkan penolakan membuatmu jatuh. Penolakan bukan akhir dari segalanya, melainkan awal untuk memulai kembali. Salam super-mie.

Comments

Popular posts from this blog

Medical Check Up Pertama Seumur Hidup

5 Jenis Guru Unik Saat SMA