Hubungan antara Kenaikan Harga Mie Instan terhadap Indeks Prestasi Kumulatif


Judul di atas mungkin terdengar konyol, tapi bagi segelintir orang, judul ini mewakili mereka yang sedang berjuang mendongkrak IPK yang semakin hari semakin menyusut. Dosen Pembimbing yang meluluskan mahasiswanya menyusun skripsi dengan judul di atas perlu dipertanyakan kejantanannya. *Hubungannya apa?*

Di sini tidak akan diuraikan secara sistematis atau seperti yang ada di dalam skripsi. Karena saya sendiri belum tw caranya menulis skripsi yang baik dan benar. Jangankan skripsi, menulis sesuai EYD saja masih dapat nilai D minus tiga. Ini disebabkan oleh pengaruh bahasa SMS yang terkadang CAPSLOCKnya MaTi-hIdUp-mAtI-HiDuP, atau pengaruh ke-alay-an pengguna jejaring sosial yang mendekati stadium "kurang ajar".

K4l4u m3r3k4 4l4y, maSalaH bUaT LoE???

Ceeuuummaangadd.... eeeaaaa!!! 

Sekarang, apa sebenarnya hubungan antara kenaikan harga Mie Instan dan IPK? 


Mahasiswa dari Sabang sampai Merauke sudah pasti tw ttg Mie Instan. Makanan ini menjadi alternatif di saat uang semakin menipis karena fotocopy materi akibat malas masuk kampus. Dan yang paling sering menghabiskan isi dompet mahasiswa adalah Kesialan Tak Terduga. Pernah gak sih, suatu waktu ketika mau ke kampus, ditilang Polisi karena tidak punya SIM, STNK, bahkan KTP pun tak punya. Setelah merogoh kocek yang tidak sedikit, akhirnya bisa melanjutkan perjalanan ke kampus. Pas lagi ngebut karena dosen killer udah duduk manis di depan kelas sambil mengawasi ujian dadakan, ban motor bocor kena ranjau paku buatan bengkel-bengkel kecil yang tidak terakreditasi. Berapa uang yang harus dikeluarkan untuk menambal ban motor? Ditambah ongkos taksi demi ikut ujian dadakan dari dosen killer. Rasanya itu pengen nangis sambil tiduran di tengah jalan Veteran Selatan.

Setelah isi dompet terkuras habis, akhirnya pas sampe di kos, dispenser nyala-rendam mie instan-tidur. Sekarang, bagaimana jika harga Mie Instan juga ikut naik mengikuti kenaikan harga BBM? Mahasiswa yang kena imbasnya. Akhirnya mahasiswanya ngungsi ke kos teman buat makan gratis dengan alibi kerja tugas bareng. 

Kalau sudah demikian, bagaimana mau konsentrasi kuliah kalau makan saja susah? Kuliah dengan perut kosong itu suatu sikap kemunafikan dari mahasiswa buat dapat nilai plus dari dosen karena rajin kuliah. Kalau sudah tidak konsen kuliah, otomatis nilai ujiannya pasti ambruk (kecuali kalau nyontek). Kalau semua mata kuliah dapat nilai jelek, hitung aja sendiri Indeks  Prestasinya cukup 3,0 atau tidak.

Menyedihkan...

Ada juga mahasiswa yang rela makan Mie Instan buat nabung uang sakunya. Tujuannya tidak lain untuk malam minggu bareng pacar. Ada yang bilang, pacar bisa meningkatkan tingkat kerajinan ke kampus (motivasi). Nah, kalau harga Mie Instan naik, mahasiswanya kesulitan buat nabung kan? Tidak bisa nonton bareng pacar lagi kan? Akhirnya diputusin pacar karena ga bisa traktir lagi. Dan mahasiswa itu kehilangan gairah untuk pergi ke kampus. Hasilnya, IPK nya lebih kecil daripada 3,0.

Mengenaskan...

Itulah hubungan antara kenaikan harga Mie Instan terhadap IPK. Bagi yang ingin menyusun skripsinya dengan judul di atas, saya dukung dengan segenap hati. Semoga menjadi mahasiswa abadi yang kan selalu dikenang oleh teman-teman seangkatan. Bye, bye...

Comments

  1. Hahahahahssseemmbb ngakak tingkat dewa...
    Sumpahhh.. Pribadi gue bangett...

    ReplyDelete
  2. Budi @ ko bikin skripsi dng judul itu sudah... hahaha

    ReplyDelete
  3. HAHAHHAHHA

    TEEKKKKK

    ketawa ampe batang poro keluar

    ReplyDelete

Post a Comment

Berkomentarlah yang baik dan sopan. Jangan komentar pake bahasa gaib.

Popular posts from this blog

Medical Check Up Pertama Seumur Hidup

5 Jenis Guru Unik Saat SMA