Good Goodbye...



21 Juli 2017...

Saya bangun pagi tanpa alarm karena jam biologis lagi berantakan. Hari ini harusnya saya masuk kerja jam 12 siang dan seharusnya saya masih melanjutkan tidur seperti pemuda pemalas pada umumnya.

Rutinitas kalo bangun tidur bulan ini adalah memanen emas di game Dragon City. Game beternak naga yang pernah menemani hari-hari saya zaman kuliah dulu di Makassar. Sekitar 3 tahun gak main, levelnya masih cupu. Coba kalau terus dimainin selama 3 tahun. Mungkin sekarang naga-naga saya udah besar dan kuat dan saya udah bisa nikah sama Daenerys Targaryen di Game of Thrones.

Jadi... setelah memanen emas di Dragon City, saya buka facebook. Foto Chester Bennington langsung muncul di beranda. Ada seorang teman facebook (iya cuma teman dunia maya, gak pernah ketemu dan kenal di dunia nyata) membuat status tentang kabar duka dari Linkin Park.

Secepat kilat, saya buka twitter (karena pergerakan informasi di twitter lebih 'lancar' dan bisa ditelusuri pakai keyword dan hashtag) buat konfirmasi. Benar saja... Trending topic twitter pagi itu adalah hashtag #RIPChesterBennington dan #LinkinPark.

Gak! Saya gak menangis!

Hanya diam dan berduka.

Tidak ada kalimat yang tepat untuk menggambarkan perasaan kehilangan ini. Ini duka yang berbeda dengan duka kehilangan keluarga atau orang terdekat. Saya gak kenal Chester di kehidupan nyata, dia juga bukan orang terdekat saya. Tapi rasanya tiba-tiba oksigen di atmosfer menipis, rasanya sama sesaknya di dada.

Linkin Park live in Texas.


Sekeping CD berjudul sama, pernah saya putar berkali-kali, berulang-ulang, dan tidak pernah bosan. Bunyi distorsi gitar, drum dan teriakan Chester bergaung di telinga saya. Itu adalah awal saya merasa 'klik' dengan mereka. Bertahun-tahun lamanya, saya tumbuh mendengarkan Linkin Park. Mungkin ada yang bakal bilang lebay, tapi musik dan lirik lagu-lagu Linkin Park banyak membantu saya melewati masa-masa sulit. Ya, ada masa-masa dimana sepanjang hari saya hanya berbaring di kamar dengan playlist Linkin Park sampai tertidur. Ada masa-masa dimana saya mengerjakan skripsi ditemani lagu-lagu Linkin Park yang menggebu-gebu.

Saya masih ingat pas SMA, ada semacam kompetisi band di sekolah. Saya dulu punya band (semacam buat senang-senang saja). Lagu yang dimainkan untuk kompetisi itu sebenarnya lagu 'selow', lagunya ST 12. Tapi karena ingin terlihat keren, apalagi banyak kakak kelas yang jago-jago juga ikut nonton, saya menambahkan intro A Place For My Head sebelum masuk ke lagu ST 12. 

Dan ya... Itu epik! Hahaha...

Linkin Park (dan Avenged Sevenfold) adalah band yang 95% lagu dari seluruh album mereka 'cocok' dengan telinga saya. Band-band lain, paling hanya satu atau lima lagu saja. Gak ada band lain yang seperti mereka buat selera musik saya. 95% artinya ada juga lagu-lagu Lingkin Park yang saya tidak terlalu suka. Tapi secara keseluruhan, saya menyukai hampir seluruh lagu mereka dari seluruh album.

Dengan kepergian Chester, Linkin Park tidak akan pernah sama lagi. Ada rumor yang mengatakan Linkin Park mungkin akan bubar setelah ini. Hmm... Entah, mungkin benar sudah saatnya Linkin Park. Sulit membayangkan Linkin Park tanpa suara Chester.

Terima kasih Chester Bennington untuk lirik-lirik lagu, suara dan musik yang kamu ciptakan selama ini.

Rest in peace...


Comments

Popular posts from this blog

Medical Check Up Pertama Seumur Hidup

5 Jenis Guru Unik Saat SMA